.

Halaman

Jumaat, 24 September 2010

Tidur Selama 100 Tahun

Pada suatu hari ketika 'Uzair memasuki kebunnya yang subur dengan pepohonan yang hijau daunnya dan lebat buahnya. Hatinya terpesona dengan keindahan pemandangan kebunnya. Ia pun memetik beberapa buah-buahan untuk dibawa pulang. Setelah itu ia pulang dengan keledainya sambil menikmati keindahan alam sekitarnya. Ia tidak sadar bahwa keledai yang ditungganginya telah tersesat jalan. Setelah sekian lama barulah ia sadar bahwa ia telah berada di suatu daerah yang tidak dikenali serta sudah jauh dari desa tempat tinggalnya.

‘Uzair memperhatikan sekeliling daerah yang asing itu. “Hmm.. Tempat ini seperti bekas sebuah kampung yang binasa akibat peperangan dahsyat…” fikirnya.Di beberapa sudut kampung itu tampak bekas-bekas runtuhan dengan mayat-mayat manusia yang bergelimpangan dimana-mana. Ia pun turun dari keledainya dengan membawa dua bekas buah-buahan. Keledainya ia ditambatkan pada sebatang pohon, lalu ia duduk bersandar pada dinding sebuah rumah yang sudah runtuh. Ia pandangi mayat-mayat manusia yang sudah mulai membusuk itu. Fikirannya mulai berkecamuk, "Hmm.. Bagaimana orang-orang yang sudah mati dan hancur itu pada hari kiamat dihidupkan kembali oleh Allah?" Ia terus memikirkan itu hingga tertidur karana keletihan.

‘Uzair terus tertidur hingga hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun pun berganti tahun tanpa terbangun sedetik pun. Seratus tahun berlalu sudah, sementara ‘Uzair tetap tertidur dengan jasad yang sudah hancur menyatu dengan tanah.

Kemudian Allah SWT menyusun kembali daging dan tulang belulang ‘Uzair yang sudah hancur itu lalu ditiupkan ruhnya. Seketika itu juga 'Uzair terbangun dan berdiri mencari keledai dan buah-buahannya di dalam bakul.Tidak berapa lama kemudian, turunlah beberapa malaikat seraya bertanya, "Tahukah engkau wahai 'Uzair berapa lama engkau tidur?” Tanpa berfikir panjang 'Uzair menjawab, "Aku tertidur seharian atau mungkin setengah hari."Lalu malaikat pun berkata kepadanya, "Wahai ‘Uzair, engkau telah tertidur selama seratus tahun. Disinilah engkau berbaring, ditimpa hujan dan panas matahari, bahkan kadang ditiup badai. Dalam masa yang begitu panjang itu, buah-buahanmu tetap baik keadaannya. Tetapi cuba lihat keledaimu, dia sudah hancur dimakan bumi”.Dengan penuh kehairanan, bergantian ia pandangi buah-buahan yang masih segar dan keledainya sudah hancur tidak berbentuk.

Malaikat pun melanjutkan perkatannya, "Lihat dan perhatikanlah sungguh-sungguh. Demikianlah kekuasaan Allah. Allah dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati dan mengembalikan jasad-jasad yang sudah hancur lebur. Dengan semudah itu pula Allah akan membangkitkan semua manusia yang sudah mati untuk dihisab dan diadili segala perbuatannya kelak di akhirat. Hal ini diperlihatkan oleh Allah kepadamu agar engkau dan manusia-manusia lain tidak ragu-ragu lagi tentang apa yang diterangkan oleh Allah tentang kehidupan di akhirat".

Tiba-tiba keledai yang sudah hancur berderai itu dilihatnya mulai dikumpulkan daging dan tulangnya dan akhirnya menjadi seperti sediakala, hidup sebagaimana sebelum mati. Maka 'Uzair pun berkata, "Sekarang aku semakin yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Lalu ‘Uzair menghampiri keledainya dan menungganginya pulang ke rumahnya dahulu. Namun ia kesulitan mencari jalan pulang. Jalan yang dulu pernah ia lalui sudah banyak berubah. Ia mencuba mengingat-ingatkan apa yang pernah dilihatnya seratus tahun lalu. Setelah menempuh berbagai kesulitan, akhirnya ia pun sampai di rumahnya. Ia mendapati rumahnya sudah porak poranda, sebagian besar dinding-dinding rumahnya telah runtuh. Ia pun mulai ragu, “Apa benar ini rumahku dulu..” Tiba-tiba ‘Uzair melihat ada seorang perempuan tua berjalan tertatih-tatih. Kedua matanya telah buta, hingga ia harus berjalan meraba-raba menggunakan tongkatnya. Lantas ‘Uzair pun bertanya, "Maaf bu.. Rumah siapakah ini?”

Perempuan tua itu menjawab. "Ini adalah rumah 'Uzair, tetapi ia telah lama pergi dan tidak lagi didengar kabar beritanya. Lagi pula semua orang sudah melupakannya”.“Ibu.. akulah 'Uzair," jelas 'Uzair. "Aku telah dimatikan oleh Allah seratus tahun yang lalu. Sekarang aku sudah dihidupkan kembali oleh Allah”. Perempuan tua itu terkejut seakan-akan tidak percaya, lalu dia pun berkata, "'Uzair itu adalah seorang yang paling soleh, doanya selalu dikabulkan oleh Allah dan telah banyak jasanya dalam mengubati orang-orang yang sakit" sambungya lagi, "Aku ini pelayan ‘Uzair, badanku telah tua dan lemah, mataku pun telah buta karana selalu menangis terkenangkan 'Uzair. Kalaulah tuan ini 'Uzair maka cubalah tuan doakan kepada Allah supaya mataku terang kembali dan dapat melihat tuan."

Uzair pun menengadahkan kedua tangannya ke langit lalu berdoa kepada Allah. Tiba-tiba kedua mata perempuan tua itu pun terbuka dan dapat melihat dengan lebih terang lagi. Tubuhnya yang tua dan lemah itu kembali kuat seakan-akan kembali muda. Setelah menatap wajah 'Uzair dia pun berkata, "Benar, tuanlah 'Uzair. Aku masih ingat".

Berita tentang kembalinya ‘Uzair setelah seratus tahun menghilang itu bukan saja mengejutkan orang-orang Bani Israil, tetapi ada juga yang meragukan dan tidak percaya kepadanya. Walau bagaimanapun berita itu menarik perhatian semua orang yang hidup ketika itu. Kerana itu mereka ingin menguji kebenaran 'Uzair. Kemudian datanglah anak kandungnya sendiri seraya bertanya, "Aku masih ingat bahwa bapakku mempunyai tanda di punggungnya. Cubalah periksa tanda itu. Kalau ada, benarlah dia 'Uzair."

Tanda itu memang ada pada 'Uzair, lalu percayalah sebagian dari mereka. Akan tetapi sebagian lagi masih ingin bukti yang lebih nyata, maka mereka berkata kepada 'Uzair, "Bahwa sejak penyerbuan Nebukadnezar pada bangsa Bani Israil dan setelah tentara tersebut membakar kitab suci Taurat, maka tidak ada seorang Bani Israil pun yang hafal isi Taurat kecuali 'Uzair saja. Kalau memang benar tuan adalah ‘Uzair, cuba tuan sebutkan isi Taurat yang benar."

'Uzair pun membaca isi Taurat itu satu persatu dengan fasih dan lancar serta tidak salah walaupun sedikit. Mendengarkan itu barulah mereka percaya bahwa sungguh benar itulah 'Uzair. Ketika itu, semua bangsa Bani Israil pun percaya bahwa dialah 'Uzair yang telah mati dan dihidupkan kembali oleh Allah. Banyak di antara mereka yang bersalaman dan mencium tangan 'Uzair serta meminta nasihat-nasihatnya. Tetapi sebagian kaum Yahudi yang bodoh menganggap 'Uzair sebagai anak Allah. Maha Suci Allah tidak mempunyai anak saperti 'Uzair mahupun Isa karana semua makhluk adalah kepunyaan-Nya belaka. [ QS. Al Baqoroh : 259]

Tiada ulasan:

Catat Ulasan